Saya ingat, bagaimana awal perjumpaan saya dengan gaming phone satu-satunya
buatan Nokia ini di akhir tahun 2004 silam. Waktu itu Nokia telah
memperkenalkan N-gage melalui iklan majalah/surat kabar di tanah air,
dan kebetulan waktu itu sahabat SMA saya berkesempatan membeli lalu
memamerkan gadget mewah terebut di pojokan ruangan kelas. Tentu
bukan sahabat namanya jika dia tidak berbaik hati meminjamkan N-gage
tersebut kepada saya untuk dimainkan selama 1-2 hari di rumah. Dan
singkat kata, sebagai seorang gamer yang serba pas-pasan pada
waktu itu, saya sangat berterima kasih atas pengalaman bermain N-gage
yang hingga kini terus membekas dalam memori saya sehingga perlu saya
limpahkan dalam bentuk tulisan.

Hai seksi…mau saya genggam?
Sebagai informasi bagi kalian yang kebetulan mendarat di opini
nostalgia ini, N-gage merupakan buah eksperimen Nokia dalam menembus
pasar console game portabel yang dulu didominasi oleh
nama besar Game Boy buatan Nintendo. Nokia sendiri memperkenalkan N-Gage
di tahun 2003 silam dengan harga yang cukup mahal di masanya, yakni
sekitar $299 atau jika ditukarkan ke dalam kurs Rupiah saat itu sekitar
Rp. 3,5 juta /unit. Tentunya mahalnya harga yang perlu kamu tebus tadi
sudah tidak berlaku lagi sekarang, karena saat ini kamu sudah bisa
mendapatkan gaming phone ini di toko online dengan biaya yang cukup terjangkau (kisaran Rp 400 ribu tergantung dari kondisi handheld yang dijual).

Jadi kenapa kita harus beli N-gage? It’s the GAMES, stupid
Untuk melengkapi kebutuhan gaming di dalamnya, Nokia
membekali N-gage dengan prosesor ARM 920T berkecepatan 104 Mhz yang
waktu itu sudah cukup untuk menjalankan OS Symbian beserta beragam
aplikasi Java MIDP yang menjadi basis judul game eksklusif untuk N-Gage. Selain dukungan feature internet WAP, Bluetooth, dan GPRS, N-Gage juga dibekali loudspeaker yang
cukup oke di zamannya. Sehingga banyak masyarakat yang lebih mencari
varian klasik dari N-Gage generasi pertama dibandingkan dengan versi
QD-nya yang mengalami pemangkasan teknis dari jeroan yang diusung Nokia.
Oh ya…dan satu hal lagi. Nokia N-Gage klasik mempunyai konstruksi desain berbentuk taco yang tidak biasa untuk ukuran sebuah handphone di zamannya. Desain yang dimaksudkan untuk tujuan gaming tadi memaksa Nokia memindahkan speaker dan voice receiver N-Gage ke bagian samping atas handheld. Sehingga saat kamu menggunakan N-Gage untuk keperluan menelpon, maka kamu akan terlihat anti-mainstream sekali dengan gaya side-talking yang saking begitu khas hingga menjadi lelucon dalam halaman website khusus Sidetalkin.

N-gage memberi kita warisan meme sidetalking yang cukup fenomenal di masanya
Well, sebagai gadget mewah yang membenamkan fungsi handheld gaming ke dalam handphone, N-Gage memiliki susunan keypad yang terkesan kaku untuk sebuah handheld gaming, yang mana membutuhkan presisi permainan dari desain controller yang ergonomis dan nyaman untuk digenggam selama berjam-jam. Kekurangan ini tadi baru benar-benar terasa jika kamu memainkan game action platformer seperti Rayman 3 yang membutuhkan banyak pergerakan ibu jari di sepanjang permainan, sehingga dulu saya merasa lebih enjoy ketika memainkan game turn-based strategy seperti Pathway to Glory yang sangat seru ketika hadir dalam genggaman.
Nah, jika kamu adalah mantan pengguna N-Gage, sampai di
paragraf ini saya meminta kamu untuk bernostalgia kembali dengan segala
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki handheld ini saat menemani saku kamu di sepanjang perjalanan dulu.
Kegagalan N-Gage: Pembajakan Software Dan Inkonsistensi Developer AAA Mendukung Handheld Ini
Tidak banyak alasan yang bisa menjelaskan mengapa N-Gage bisa disebut sebagai gaming-phone gagal
di masanya. Namun yang jelas, sama seperti halnya kasus yang dialami
Wii U sekarang ini, Nokia waktu itu membutuhkan dukungan dari para
developer game raksasa untuk membangun user base yang sangat besar, melalui beberapa judul game yang
hadir meramaikan N-Gage. Nokia sendiri sudah berupaya maksimal di awal
peluncuran N-Gage dengan menggandeng developer besar seperti EA,
Activision, SEGA, Gameloft, Ubisoft, dan lain-lain sebagainya. Namun
ujung-ujungya semua itu dikembalikan lagi kepada konsistensi dari para
developer raksasa tersebut untuk terus memberikan support kepada handheld milik Nokia itu tadi.
Dari pengamatan saya ada banyak faktor yang menyebabkan jatuhnya handheld N-Gage di tahun 2006 silam: diantaranya ketidakmampuan Nokia sebagai first party developer yang sanggup menghasilkan beberapa judul game first-party berkualitas seperti Nintendo, rendahnya angka penjualan handheld ini di Amerika dan Eropa, serta tingginya angka pembajakan software yang menekan angka penjualan game N-Gage ini di kawasan Asia.
Saya sendiri masih ingat betapa mudah dan murahnya mendapatkan game bajakan N-Gage di kota-kota besar di wilayah kepulauan Jawa. Cukup dengan membayar Rp.10.000 di counter jasa pengisian aplikasi handphone saja, maka N-Gage kamu akan berisi dengan bermacam judul game AAA yang harganya jauh lebih murah dibandingkan versi orisinilnya yang dijual dalam bentuk game card (kartu Memory) seharga Rp.300.000/ judul.


(gambar
ilustrasi N-Gage QD) Untuk versi N-Gage generasi pertama, kamu harus
mencopot baterainya terlebih dahulu untuk memasukkan gamecard ini ke
dalam handheld kamu
Nokia sendiri tidak bisa berbuat banyak, karena keberadaan copy protection yang bisa diimplementasikan ke dalam N-Gage waktu itu masih belum secanggih handheld modern
(seperti 3DS). Sehingga kerugian yang dialami para developer tadi,
tidak sebanding dengan yang apa mereka dapatkan, dibanding dengan
penjualan game mereka di Game Boy Advance yang pada waktu
itu sudah laku terjual hingga puluhan juta unit di seluruh dunia. (FYI,
hingga tahun 2007 silam, Nokia N-Gage baru terjual tiga juta unit di
wilayah Amerika utara. Tragis sekali bukan?) Sayangnya N-Gage tidak
mendapatkan solusi perbaikan yang cukup jelas dari Nokia, hingga pada
akhirnya di tahun 2008 silam, N-Gage berubah bentuk dari sebuah brand Nokia untuk gaming phone menjadi sebuah layanan multiplayer gaming service khusus untuk handheld Nokia varian S60 ke atas (sigh).

Dengan
logo barunya yang fun, layanan N-Gage 2.0 ini hanya sanggup berjalan
satu tahun setengah semenjak diperkenalkan April 2008 silam
Galeri 50 Game Menarik Yang Menjadi Saksi Bisu Sejarah Mobile Gaming

Jika ada kesempatan menggenggam N-Gage, cobalah game Pathway to Glory ini
Dengan statusnya kini sebagai cult gaming phone yang setara dengan console klasik Atari 2600, N-Gage mempunyai nilai tersendiri yang menjadikannya sebagai relic atas perjalanan panjang industri mobile gaming hingga keadannya bisa menjadi seperti sekarang ini. Faktanya tidak sedikit pula developer game yang
berhutang budi dengan keberadaan N-Gage sebagai batu lompatan industri
mereka di awal dekade 2000-an dulu, contohnya seperti Bugbear
Entertainment (kreator Next Car Game), Ideaworks, dan Redlynx yang kini dikenal lewat seri Trials mereka di console dan mobile.
FYI, sebelum populer lewat Trials, developer Redlynx lebih dulu familiar di telinga saya saat memainkan game turn-based strategy terlaris mereka: Pathway to Glory di handheld N-Gage tahun 2006 lalu. Selain itu Rovio selaku kreator Angry Birds dari Finlandia juga tidak akan berdiri jika seandainya mereka tidak turut ambil bagian dalam kompetisi pembuatan game N-Gage di Helsinki tahun 2003 silam.

Dengan 50 game tanpa IAP di dalamnya, Vault Boy memberimu jempol tanda approval untuk membeli N-gage
Nah, jika sampai di paragraf ini kamu bertanya-tanya kepada saya
apakah N-Gage sekarang ini masih relevan untuk dimiliki? Maka sebagai
seorang retro–gamer saya akan menjawab “iya” dengan lantang dan penuh semangat karena nilai historis yang dimilikinya. Terlebih lagi dengan kondisi sebagian besar game N-Gage yang menyandang status abandonware saat ini, sehingga kamu sekarang bebas mencari ke 58 judul game N-Gage ini di belantara internet sebagai koleksi mobile game klasik yang pas untuk masuk ke dalam sakumu.
|
|
|
Overall, terlepas dari kegagalannya di pasaran, kehadiran N-Gage merupakan sebuah fondasi yang cukup mempengaruhi industri mobile secara keseluruhan. Well, coba kalian bayangkan, siapa sangka jika kegagalan Nokia untuk membawa mobile gaming ke level berikutnya tadi, justru menjadi contoh pelajaran yang sangat berharga untuk keberlangsungan platform mobile gaming di abad 21 ini. Sehingga ke depannya sekarang para developer dan publisher perlu belajar lebih banyak lagi untuk menyempurnakan scene mobile gaming hingga
tumbuh berkembang secara sehat, tanpa dibutakan monetisasi IAP yang
berlebihan serta aksi pembajakan yang merajalela di mana-mana.
Jadi apabila kamu tergolong sebagai gamer yang apresiatif dengan keberadaan console/handheld game retro, saya rasa membeli N-Gage di samping gadget smartphone kamu sekarang merupakan hal yang cukup berharga sebagai koleksi gaya hidup gaming kamu modern ini. So tunggu apalagi? Sisihkan uang bonus lebaran kamu untuk menghormati keberadaan N-Gage dengan membeli sisa handheld ini di pasaran (if you’re lucky enough).

No comments:
Post a Comment